
Yang juga penting adalah studi indeks keintian ini bisa menjadi alat untuk analisis komparatif lintas bahasa terkait dengan pola konstruksi aplikatif yang tidak lazim, misalnya konstruksi aplikatif yang tidak melibatkan promosi ke argumen inti. Dengan analisis ini, ada kemajuan pemahaman kita tentang sifat argumen (semi-)inti, ketransitifan sintaksis, kesimetrisan sistem diatesis, dan realisasi argumen alternatif pada bahasa-bahasa Austronesia yang berbeda secara tipologis, di Indonesia tengah/timur dan sekitarnya. Analisis yang berdasarkan indeks keintian ini memungkinkan kita untuk menentukan ketransitifan sintaksis dengan lebih pasti, sehingga bisa menjawab pemasalahan ketransitifan yang sebelumnya kontroversial untuk konstruksi-konstruksi tertentu yang melibatkan verba tanpa afiks dalam bahasa Indonesia. Bukti-bukti dari indeks keintian menunjukkan bahwa ada kontinuum tanpa sekat yang jelas antara kategori argumen inti dan oblik/non-inti. Yang diusulkan adalah indeks keintian, sebuah metode baru untuk menentukan tingkat keintian sebuah argumen.

Abstrak Makalah ini membahas pemilahan argumen inti dan oblik dalam beberapa bahasa Austronesia di Indonesia dan sekitarnya, dengan fokus pada kajian atas argumen yang berstatus antara, ada di antara inti dan oblik. The paper also discusses how the gradient nature of the core-oblique distinction, particularly semi-coreness of arguments, poses a challenge for any theory that posits discrete classes of relations. Importantly, the core-index study also provides a means for cross-linguistic comparative analysis of the unusual alternative pattern of applicativisation whereby no core promotion is involved. The analysis advances our understanding of the nature of semi-core arguments, syntactic transitivity, symmetricality of voice system, and alternative argument realisations, not only in Indonesian and Balinese, but also in other typologically different Austronesian languages of central and eastern Indonesia and beyond. The proposed core-index-based analysis allows us to claim syntactic transitivity with confidence and to resolve successfully the controversial transitivity problem of the Indonesian bare verb construction. Core index evidence shows that there is a cline running from syntactically core to non-core (oblique). It proposes a core index, a novel method to determine the core status of an argument. This paper explores the nature of core-oblique distinctions in some Austronesian languages of Indonesia, focusing on the intermediate status between core and oblique categories.
